matthijs de ligt - beritamanchester.com
matthijs de ligt - beritamanchester.com

De Ligt mental pemimpin dari jantung pertahanan Manchester United. Banyak yang memaklumi kekalahan MU dari Arsenal. The Gunners memang lebih stabil dan sudah lima musim bersama Arteta. Tapi tidak demikian dengan Matthijs de Ligt.

Emirates Stadium belum menjadi tempat yang ramah bagi Manchester United. Kekalahan 2-0 dari Arsenal bukan hanya tentang hasil, tapi juga pelajaran berharga. Dua gol dari situasi set-piece jadi penentu, menunjukkan bahwa Arsenal memang sangat jago memanfaatkan sudut lapangan.

Sebelum pertandingan, ada optimisme di kubu United. Namun, semua juga ingat kalau Ruben Amorim baru beberapa bulan menjalankan proyeknya. Wajar jika United terlihat kurang matang dibanding Arsenal, yang sudah lima tahun membangun di bawah Mikel Arteta.

Tapi tetap saja, hasil ini jadi pil pahit, terutama bagi Matthijs de Ligt, yang tampil solid tetapi macam kecolongan dari dua set piece.

William Saliba Usai Cetak Gol Kedua - beritamanchester.com
William Saliba Usai Cetak Gol Kedua – beritamanchester.com

De Ligt Mental Pemimpin Alami Lini Belakang United

Setelah pertandingan, De Ligt ditugaskan menghadapi awak media MUTV. Wajahnya jelas menggambarkan kekecewaan.

“Sekarang ini rasanya sangat sulit, karena tidak ada yang mau kalah. Jadi, perasaan ini jelas mengecewakan,” katanya dengan nada sedih. “Pada akhirnya, kami adalah Manchester United, dan kami kalah lagi. Itu tidak cukup baik.”

Kalimat ini mencerminkan mentalitas seorang pemain Manchester United yang selalu haus kemenangan dan selalu menuntut lebih. Sejak bergabung, De Ligt telah menjadi figur penting di lini belakang dan memperlihatkan mentalitas kepemimpinan khas Setan Merah.

Ada Positifnya

Meskipun kecewa, De Ligt mencatat beberapa sisi positif. Ia memuji kerja keras tim dalam bertahan, terutama di luar situasi bola mati.

“Secara umum, dalam fase bertahan, kami cukup baik. Jumlah peluang lawan selain dari set-pieces tidak banyak,” ujarnya.

Namun, ia tidak segan menyoroti kekurangan tim di lini serang. Menurutnya, serangan United butuh perbaikan, terutama dalam pemahaman antar pemain dan insting untuk memulai serangan.

“Kami harus lebih baik secara ofensif. Tapi ini semua tentang prose. Kami perlu memahami tipikal setiap pemain. Pelatih bilang, kalau mau hasil cepat, kami bisa main dengan cara lain. Tapi kalau ingin membangun masa depan, ini caranya. Memang belum sempurna, tapi kami harus belajar.”

Meski kalah, Amorim dan timnya bermain dengan arah yang jelas. Dengan pemain seperti De Ligt yang tidak hanya solid di lapangan tapi bermental kuat, MU sudah merekrut pemain yang tepat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here